Big Boss

  • Home
  • Category
    • Kuliah
    • Kehidupan
    • Film
    • Game
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
    • Github
    • LinkedIn
  • About Me
  • Contact Us
Diberdayakan oleh Blogger.
Sebelumnya gue sangat berterima kasih karena kalian sudah mampir di tulisan ini. Gue sudah melewatkan beberapa hari untuk melanjutkan cerita gue untuk berkuliah di PTN. Alasannya karena gue masih berkuliah, tentunya gue masih dihadapkan dengan tugas dan uas yang membuat gue sangat sibuk akhir-akhir ini. Lalu gue sangat mempersilahkan untuk meninggalkan komentar yang berisi kritik dan saran. Gue sangat bersenang hati menerima itu semua karena merupakan ajang perbaiki diri gue dan tulisan gue tentunya. Tulisan ini merupakan lanjutan part ke-4 dari 3 cerita gue di tulisan sebelumnya yang bisa kalian baca terlebih dahulu di  part 1, part 2 dan part 3. Oke langsung saja melanjutkan cerita sebelumnya.
SBMPTN
Photo by Maxwell Nelson on Unsplash
 
Seperti yang sudah gue bilang pada tulisan sebelumnya, SBMPTN merupakan ujian masuk PTN terakhir gue yang akan gue lakukan. Karena ketika SBMPTN gue dinyatakan tidak lulus, gua akan mencari pekerjaan terlebih dahulu. Tentunya dikarena hal tersebut, gue akhirnya mempunyai semangat belajar untuk lulus di SBMPTN ini. Sebelumnya gue sangat bimbang dalam memilih pilihan gue kedepannya, berkat hal ini juga yang membuat gue mantap dalam memilih pilihan gue kedepannya seperti apa.

Tentunya disetiap ujian, kita harus menghadapi pendaftaran terlebih dahulu. Kalau gak salah biaya pendaftaran Rp.200.000,00. Gue pada saat itu mencari-cari cara agar gue terhindar dari pembiayaan tersebut tetapi masih ingin ikut ujiannya. Untungnya gue inget bahwa gue masih punya akun bidikmisi. Yang dimana kalau memakai akun bidikmisi dan mendaftar SBMPTN dengan status bidikmisi, maka akan dibebaskan biaya pendaftaran tersebut. Beruntung sekali sebenarnya gue mempunyai akun ini jadi gue tidak usah memusingkan lagi biaya pendaftaran.
Masalah Pemilihan Program Studi dan Universitas
Setelah selesai masalah pembayaran, gue langsung dihadapkan dengan pemilihan program studi dan universitas yang kita tuju. Jujur memang dari awal gue tidak fokus dalam memilih program studi yang memang gue ingini. Gue hanya mengandalkan intuisi dan keinginan hati gue. Sewaktu memilih gue juga bertanya kepada orang tua gue tentunya untuk program studi maupun Universitas mana yang gue tuju. Ibu gue orangnya simple, beliau tidak mau ambil ribet jadi beliau hanya menyarankan untuk mencari yang deket dan jurusan (program studi) yang kamu ahli dibidangnya. Beliau juga tidak memaksa gue untuk memilih jurusan yang dia ingini dan beliau tidak memaksa gue untuk berkuliah di Universitas ternama. Selanjutnya beliau berkata "Mamah lebih senang ketika kamu merasa senang kuliah di Universitas tersebut". Kata-kata itu sampai dapat melepas beban gue untuk menghadapi SBMPTN.

Akhirnya singkat cerita gue memilih Universitas yang ada di Jakarta dan satu lagi ada di Karawang. Jadi pada zaman gue tahun 2017, kita bisa memilih program studi sampai 3 pilihan. Dimana 2 pilihan pertama gue memilih di Universitas Jakarta dan sisanya gue memilih Universitas Karawang. Untuk pemilihan program studi tentunya jauh sebelum itu ada yang membuat gue terpengaruh untuk memilih program studi ini. Ketika gue telah mendapatkan hasil dari SNMPTN yang dimana gue tidak lulus pada saat itu, pilihan program studi gue dikomentari oleh Wali Kelas gue sendiri. Menurut beliau, pilihan yang gue ambil terlalu sama dengan jurusan di SMK gue yaitu Elektro. Beliau juga menambahkan apakah gue tidak bosan untuk mengambil pelajaran yang sama pada 4 tahun kedepan. Beliau sedikit mengejek jika gue mengambil pilihan program studi yang sama bahwa gue akan cepet bosan. Setelah mendengar komentar dari Wali Kelas gue, gue berfikiran untuk memilih program studi yang berbeda dengan SMK gue ajarkan. Karena memang betul, gue memang cepat merasa bosan.

Pilihan jurusan SMK yang sebenarnya dipilihkan oleh bapak gue, gue memang sudah terlihat bosan dan capek di jurusan ini. Bisa dibilang juga gue kurang memiliki bakat dibidang prakteknya seperti menyolder tetapi sepertinya gue kuat dibagian membuat rancangan elektro di komputer dan pemrogramannya Karena ada perbedaan bakat disitu gue memutuskan untuk berpindah haluan ke jurusan komputer dan meninggalkan dunia elektro. Meskipun komputer dan elektro mirip-mirip tetapi tetap ada perbedaan diantara keduanya. Yaa..kalau sama ngapain dibedain dong. Akhirnya di SBMPTN ditetapkan gue memilih program studi komputer di Universitas Jakarta dan Karawang. Karena masih ada sisa satu program studi, gue memakainya untuk program asal tetapi masih satu Universitas Jakarta. Yang dimana itu Statistika. Gue akuin gue aneh banget kenapa kepikiran program studi itu.
Penilaian SBMPTN
Gue merupakan salah satu calon SBMPTN yang sangat tidak memikirkan bagaimana peluang gue di program studi tersebut maupun menghitung kemungkinan nilai minimum program studi tersebut. Meskipun begitu gue sering melihat standar nilai yang dulu biasa disebut Passing Grade yang teman-teman SMK gue kumpulkan dari berbagai sumber. Tapi tentunya gue hanya sekedar cuman melihat dan cuman berkomentar "Wah Prodi (Program Studi) ini di Univ (Universitas) itu lumayan tinggi yah Passing Gradenya". Gue juga sebenarnya tidak terlalu mengerti banget tentang Passing Grade tersebut, kayaknya gue cuman sok asik aja hehe. Yang gue sedikit paham yaitu mengenai penilaian di SBMPTN. Pada zaman gue tahun 2017, Penilaiannya tuh seperti ini:
  • Jika jawaban benar, mendapatkan penambahan 4 poin.
  • Jika jawaban salah, mendapatkan pengurangan 1 poin.
  • Jika jawaban tidak dijawab atau kosong, maka tidak ada penambahan ataupun pengurangan poin.
Sistem penilaian ini cukup unik dan sedikit tricky (rumit). Gue baru merasakan ujian seperti ini untuk pertama kali dan ketika gue tahu sistem penilaian ini gue semakin excited. Seinget gue sistem penilaian seperti ini terakhir digunakan pada zaman gue, jadi pada tahun selanjutnya menggunakan sistem baru. Serius kalian harus mencoba sistem penilaian yang unik ini. Disisi lain kalian harus mendapatkan nilai tinggi tetapi disisi lain kalian harus memperhitungkan berapa persen dimana kalian salah. Disini letak dari seni penilaian unik tersebut. Kalian harus memikirkan matang-matang jawaban kalian sebelum kalian menyerahkan jawaban tersebut kepada petugas.
Hal-hal Sebelum Hari Ujian
Setelah memilih program studi dan konfirmasi pilihannya. Aturan yang dipakai SBMPTN zaman gue seperti ini "Peserta ujian yang memilih 2 (dua) program studi atau lebih, salah satu pilihan program studi tersebut harus dari PTN yang berada dalam satu wilayah tempat peserta mengikuti ujian. Pilihan program studi yang lain dapat dari PTN di luar wilayah tempat peserta mengikuti ujian. Peserta ujian yang hanya memilih 1 (satu) program studi, dapat memilih program studi di PTN manapun." Yang dimana ketika memilih 1 program studi saja di wilayah tersebut kita dapat mengikuti ujain di wilayah manapun. Sebaliknya ketika kita memilih 2 program studi atau lebih di wilayah yang sama maka kita diwajibkan untuk mengikuti tes di wilayah tersebut. Sebagai contoh, gue pada waktu itu  memilih 3 program studi yang berada di wilayah yang sama yaitu wilayah 1. Otomatis gue harus mengikuti ujian di wilayah 1 karena gue sudah mengikuti aturan yang 2 porgram studi atau lebih di wilayah yang sama. Karena rumah gue memang berada di wilayah 1, jadi itu sama sekali tidak berpengaruh banyak dengan gue. Lain halnya jika gue memilih semua program studinya di wilayah 2. Contohnya wilayah 2 itu UGM yang berada di Jogja, Gue harus mengikuti ujian di Jogja atau panlok yang berada di wilayah 2, meskipun rumah gue berbeda wilayah tetapi kita harus mengikuti wilayah tersebut untuk mengikuti ujian.

Lokasi ujian gue berada di Kota Bekasi, dimana lebih tepatnya yaitu SMA Muhammadiyah 9 Bekasi. Kita diperbolehkan untuk datang ke lokasi ujian tersebut minimal satu hari sebelum hari-H (hari ujian berlangsung). Ketika gue datang di lokasi yang telah ditentukan, ternyata tempat gue ujian bukan berada di SMAnya melainkan SMP yang berada di sebelahnya. Gue enggak tahu kenapa bisa begitu tapi seinget gue memang Sekolah tersebut menyatu SMP dan SMAnya. Beruntungnya, gue tidak sendirian (maksudnya memiliki teman) yang mendapati tempat lokasi ujian yang sama. Mulai dari teman SMK gue yang menjadi teman berangkat bareng untuk menuju lokasi ujian, ada juga teman-teman SMP gue yang sudah lama gue tidak bertemu jadi gue tidak merasa asing maupun kesepian disana.

Sebenarnya gue gak terlalu banyak latihan soal untuk persiapan gue dalam SBMPTN. Gue hanya membaca-baca soal SBMPTN yang lama dan tersebar di internet. Gue cuman membaca sedikit buku-buku SMA kakak gue yang dulu, tetapi gue sangat tidak paham materinya. Jadinya gue menghabiskan waktu dengan rileks dan tetap tenang untuk menghadapi ujian. Bahkan ketika malamnya sebelum ujian gue diajak untuk menginap di rumah temen gua karena temen gue ini lagi sendirian di rumah. Akhirnya malam sebelum SBMPTN gue dihabiskan untuk bermain Game dan menonton film hehe. Saat itu kalau tidak salah ada 5-6 orang yang menginap di rumah teman gue tersebut. Ada seorang yang sama seperti gue yang akan mengikuti SBMPTN. Tetapi dia sangat santai karena mendapatkan waktu ujian siang karena dia mengambil jenis SOSHUM sementara gue harus datang pagi karena mengambil jenis SAINTEK. Teman-teman gue yang lain juga kaget mendengar gue besok pagi akan ujian, tetapi gue menjelaskan bahwa SBMPTN ini tidak gue jadikan beban gue melainkan hanya percobaan gue untuk masuk PTN. Alhasil gue bergadang dan menginap di rumah teman gue ini.

Ketika masjid didekat rumah teman gue ini sudah mengumandangkan azan shubuh, gue bangun dan persiapan sholat shubuh sekalian persiapan untuk kembali ke rumah. Jarak antara rumah teman gue dan rumah teman gue cukup jauh ada sepertinya 1-2 km yang dimana gue cuman menempuh 7-10 menit untuk kerumah tetapi karena jalanan masih sepi mungkin hanya 5 menit. Karena jaraknya lumayan, gue selesai sholat shubuh langsung bergegas pulang dan sesampainya gue langsung mandi. Sehabis itu mempersiapkan untuk berangkat ujian. Tidak lupa juga berdoa dan meminta doa restu dari kedua orang tua gue. Dan gue pun berjalan mengendarai motor ke tempat lokasi ujian.
Last But Not Least
Sepertinya sebelum-sebelumnya, cerita ini bakalan gue penggal atau berhenti sampai sini terlebih dahulu. Part yang berikutnya merupakan seri terakhir dari perjalanan gue untuk masuk di PTN. Bagi yang sudah membaca mungkin merasa sudah akan terspoiler bahwa akan Happy Ending. Meski begitu banyak hal yang lumayan seru bagi gue pribadi untuk diceritakan di part terakhir nanti. Jadi sekian dari gue. Semoga hari kalian menyenangkan. byee~
 
Sebelumnya gue sangat berterima kasih karena kalian sudah mampir di tulisan ini. Gue sangat mempersilahkan untuk meninggalkan komen yang berisi kritik dan saran. Gue sangat bersenang hati menerima itu semua karena merupakan ajang perbaiki diri gue dan tulisan gue tentunya. Tulisan ini merupakan lanjutan part ke-3 dari 2 cerita gue di tulisan sebelumnya yang bisa kalian baca terlebih dahulu di  part 1 dan part 2. Oke langsung saja melanjutkan cerita sebelumnya.

Photo by Matese Fields on Unsplash

Hasil SNMPTN
Setelah selesai mendaftar SNMPTN yang menurut gue proses pendaftaran paling gampang. Karena sekolah yang mendaftarkan nilai-nilai rapor kita, kita hanya memilih program studi apa yang kita tuju. Lalu tinggal duduk manis menunggu hasil kelulusan SNMPTN keluar. Di tulisan part 2 kemarin gue telah Spoiler bahwa teman gue ada yang lulus SNMPTN, lalu apakah gue mengikuti jejak mereka ?. Jawabannya adalah tidak. Kalian gak salah baca, gue tidak lulus SNMPTN pada tahun 2017. Mungkin karena gue tidak pertimbangkan pilihan gue dan juga asal, jadinya peluang gue sangatlah tipis. Sayangnya gue lupa untuk mengabadikan momen ketidak lulusan gue. Kira-kira tampilan website ketika tidak lulus di zaman gue yaitu tahun 2017 seperti ini.

Sumber dari e-sbmptn

Jika tidak lulus akan ada warna merah yang menyala-nyala. Sementara kalau lulus akan ada warna hijau yang sangat berseri ditambah dengan adanya bar code yang gue gatau fungsinya apa. Karena gue gak lulus hiyaa.

Sumber dari mas-sarjino

Walaupun tidak lulus gue sangat tidak teramat sedih karena gue sadar akan kemampuan gue. Lagian memang prinsip gue dari awal yaitu "Masuk syukur alhamdulillah, gak masuk ya gapapa bekerja" itu sangat melekat di diri gue. Gak ada tekanan untuk gue kuliah karena gue punya opsi lain yaitu bekerja. Dan juga masih ada ujian masuk lainnya yang bisa gue coba.
Masih Ada Ujian Lainnya
Ujian masuk lainnya selain SNMPTN yaitu ada SBMPTN, Ujian Mandiri, PMDK-PN, Ujian Kedinasan dan SPAN PTKIN yang bisa gue coba pada zaman gue. Akan gue bahas satu persatu ujian tersebut terkecuali SPAN PTKIN. Gue bahas sedikit aja di SPAN PTKIN (Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) yang dimana sistem yang dipakai mirip dengan SNMPTN. Perbedaannya jika di SPAN PTKIN hanya untuk mendaftar di PTN yang berhubungan dengan Keagamaan Islam. Tujuannya mungkin untuk mempermudah siswa yang berada di Madrasah maupun Pesantern untuk masuk ke PTN dengan tentunya harus ada prestasinya. Gue yang tingkat keagamaannya cukup rendah jadinya gue enggan untuk mengikutinya. Lagipula gue tidak tertarik mengikuti seleksinya biarkan porsi tersebut untuk anak-anak yang berada di madrasah dan di pesantren.
PMDK-PN
PMDK-PN (Penelusuran Minat Dan Kemampuan Politeknik Negeri) yang sekarang sudah berganti nama dengan SNMPN (Seleksi Nasional Masuk Politeknik Negeri). Sama seperti SNMPTN, PMDK-PN juga menyeleksi calon mahasiswanya dengan cara menilai rapor kalian. Bedanya di PMDK-PN hanya khusus untuk tujuan ke Politeknik Negeri di Indonesia.

Pengalaman PMDK-PN gue gak terlalu banyak mengingatnya. Soalnya waktu itu pendaftaran PMDK-PN baru gue ketahui ketika sudah masa terakhir pendaftaran. Dari situ mulai kepepet tuh untuk mengurusi pendaftaran dan segala macem dokumen yang harus diurus. Awalnya gue begitu excited untuk menunggu pendaftaran PMDK-PN ini. Tapi akibat kesalahan gue karena tidak mencari informasi yang lebih mendalam masalah pendaftaran gue jadi agak terlambat dan gue sesali betul. Karena waktunya mepet dan harus gece (gerak cepet) menyelesaikan semua persyaratannya, akhirnya gue menyerah dan tidak menerusi PMDK-PN ini. Padahal gue sudah mendaftar untuk jurusan Elektronika di PNJ (Politeknik Negeri Jakarta). Pilihan tersebut juga tidak gue pertimbangkan gue asal saja yang sangat gue sesali sampai sekarang.

Politeknik dan SMK sangat erat kaitannya. Yang dimana bisa dibilang SMA masuk ke Universitas sementara SMK masuk ke Politeknik. Di PMDK-PN juga sama seperti SNMPTN dimana jurusan yang dipilih harus sesuai dengan jurusan yang kalian tempuh disemasa SMA / SMK kalian. Tentunya ini bertujuan untuk mereka bisa menilai apakah kalian layak berada di jurusan / program studi tersebut. Singkat cerita temen gue berhasil mengejar waktu dan berhasil masuk ke jurusan yang dia mau lewat jalur ujian ini. Sungguh dia benar-benar komitmen banget beda sama gue.
Diceramahi Guru BK
Setelah kegagalan di 2 Ujian masuk sebelumnya niat gue untuk berkuliah semakin lama semakin turun. Sepertinya gue semakin lama semakin acuh tak acuh dengan informasi ujian masuk PTN ataupun yang swasta sekalipun. Sampai-sampai gue ditegur oleh guru BK karena gue sudah tidak semangat lagi untuk berkuliah. Pertamanya beliau menanyakan soal bidikmisi gue apakah sudah dipakai dengan baik akunnya. Karena di akun tersebut kalian bisa mendaftar Ujian Masuk PTN secara gratis kalo gasalah. Gue jawab dengan sedikit ragu-ragu yang sebenarnya gue sudah memakai akun itu untuk SNMPTN, PMDK-PN dan akan berencana memakainya lagi di SBMPTN. Karena gue menjawab dengan ragu-ragu dan intonasi yang pelan mungkin beliau tahu isi hati / pikiran gue sehingga dia berkata "Kamu Masih Niat Kuliah Gak Sih ?". Sontak gue terkaget dan hanya membalasnya dengan senyum yang sedikit memberikan tertawa kecil. Lalu gue membalasnya dengan "Pastinya pak saya masih niat!". Tentu jawaban ini sangat teramat lain dengan apa yang ada di hati gue.

Pertanyaan tersebut sangat menusuk jiwa dan pikiran gue. Sesampainya gue dirumah, gue merenungi pertanyaannya tersebut. "Apakah yang gue lakukan ini sudah benar ? Apakah yang gue lakukan ini salah besar ? Apakah gue harus lanjut ? Apakah gue harus berhenti ?". Itu semua saling beradu di pikiran gue. Gue waktu itu sama sekali tidak menceritakan curatan hati gue kepada orang tua gue. Gue merasa pada saat itu gue masih bisa untuk menghadapi kesulitan ini sendiri. Tapi gue sadar sekarang bahwa sebenarnya gue hanya mencoba terlihat kuat padahal gue sangat rapuh. Seharusnya gue menceritakan permasalahan gue ke orang tua agar mendapatkan pencerahan atas masalah gue. Seminggu kalau gak salah gue merenungi itu semua dan sebenarnya bisa lebih cepat jika gue cerita. Tapi gue bodoh pada waktu itu.
Semangat Baru
Selanjutnya gue berkomitmen bahwa SBMPTN adalah ujian masuk terakhir gue. Kenapa akan menjadi ujian masuk terakhir gue ?. Karena gue gak mau ngebebanin orang tua gue untuk membayar ujian masuk kuliah yang harganya lumayan mahal buat gue. Padahal sebenarnya receh biasanya cuman 300 ribu ataupun paling mahal yang gue tau 500 ribu, gue bisa mengikuti ujian masuk mandiri di PTN ataupun swasta sekalipun. Gue merasa kalau gue bayar tetapi guenya tidak semangat mengikutinya rasanya akan sia-sia. Meskipun orang tua gue ternyata mampu membayar pendaftaran ujian masuk tetapi dengan guenya yang begini gue ngerasa itu hanya menyia-nyiakan perjuangan orang tua gue. Gue gak mau itu akhirnya gue berkomitmen untuk menjadikan SBMPTN ini menjadi ujian terakhir gue sebelum akhirnya gue memutuskan untuk bekerja walaupun harus menunggu umur gue 18 tahun.

Sebenarnya sangat lama untuk menunggu umur gue 18 tahun. Tetapi gue gak punya pilihan yang lain atau gue gak tau pilihan yang lain yang harus gue pilih apa. Ini menjadi semangat baru gue dimana gue harus berusaha di ujian masuk SBMPTN ini. Gue harus bisa mendapatkan nilai yang maksimal agar peluang gue masuk terbuka lebar. Gue juga menghindari guru BK ataupun guru yang lainnya agar tidak mendapatkan distraksi soal ke labilan gue yang dulu. Distraksi disini maksudnya ditanya-tanya kedepannya gimana ataupun semacamnya karena gue sudah sangat pusing memikirkannya.
Last But Not Least
Sepertinya sebelum-sebelumnya, cerita ini bakalan gue penggal atau berhenti sampai sini terlebih dahulu. Untuk mengetahui kelanjutan cerita perjuangan SBMPTN gue, akan gue lanjutkan ceritanya pada tulisan yang lainnya karena sudah terlihat panjang gue menulis. Agar enak membacanya kita istirahat dulu dan lanjut ke part 4 nya kalau sudah selesai istirahat. Mungkin nanti akan ada 2 part terakhir lagi yang akan menutup kisah gue disini. Sekian dari gue. Semoga hari kalian menyenangkan. byee~
Sebelumnya gue sangat berterima kasih karena kalian sudah mampir di tulisan ini. Gue sangat mempersilahkan untuk meninggalkan komen yang berisi kritik dan saran. Gue sangat bersenang hati menerima itu semua karena merupakan ajang perbaiki diri gue dan tulisan gue tentunya. Tulisan ini merupakan lanjutan part ke 2 dari cerita gue di tulisan sebelumnya yang bisa kalian baca terlebih dahulu disini. Oke langsung saja melanjutkan cerita sebelumnya.

Photo by Scott Webb on Unsplash

Bantuan Untuk Kuliah
Di tengah kegalauan gue untuk berkuliah atau tidak, ada sesuatu hal yang ingin gue coba. Sesuatu hal tersebut adalah mencari beasiswa. Tentu ini menjadi prioritas gue ketika gue tidak mampu untuk membiayai kuliah gue nanti. Salah satu beasiswa yang gue tau adalah beasiswa Bidikmisi. Bidikmisi adalah suatu bantuan perkuliahan dari pemerintah pusat untuk  calon mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi tentunya. Meskipun banyak gosip dan ada fakta juga yang beredar bahwa penerima Bidikmisi banyak yang sebenernya tidak layak. Tetapi gue selalu berfikir karena gue memang layak untuk menerima Bidikmisi.

Untuk sebagai awalan pendaftaran calon Bidikmisi, pertama kali yang harus dilakukan yaitu : Lapor ke sekolah untuk mendaftarkan dirinya ke website Bidikmisi agar mendapatkan akun calon Bidikmisi. Pada waktu itu gue tidak berlama-lama untuk berfikir langsung menemui guru BK di sekolah gue untuk mengurusi akun Bidikmisi tersebut. Kenapa harus guru BK ? karena beliau yang mengurusi siswa-siswa yang ingin lanjut untuk kuliah jadinya gue menemui beliau. Ketika gue menemui beliau gue bisa bilang dia sedikit excited karena di angkatan gue, baru gue yang mau mendaftarkan diri ke Bidikmisi. Beliau bilang bahwa ada banyak siswa yang ingin kuliah tetapi terbentur dengan perekonomian seperti gue. Yang akhirnya mereka tidak memilih untuk berkuliah dan memilih yang lain. Baru gue pertama kali yang seniat itu yang membuat dia sedikit excited. Tapi ini menurut gue ya gak tau beliau excited atau enggak.
Lumayan Lelah Mengurus Persyaratan
Mengurus persyaratan-persyaratan yang diminta untuk calon bidikmisi itu bisa dibilang susah-susah gampang. Gampangnya karena mengurusnya sudah online jadinya tinggal gue scan-scan aja dokumen-dokumen yang diperlukan. Susahnya banyaknya persyaratan membuat kita harus menggunakan effort lebih untuk mengurusnya. Waktu sangat banyak terbuang disini karena gak semua bisa kita urus dengan cepat. Mungkin ini merupakan salah satu dari lainnya alasan orang untuk tidak mendaftarkan diri ke Bidikmisi dikarenakan banyak surat-surat persyaratan yang harus dipenuhi. Gue dulu sering sekali ditegor oleh guru BK karena lama mengurus persyaratannya. Terkadang gue lupa dan terkadang gue juga males karena ada yang gue harus fikirin saat itu yang berhubungan dengan Ujian Kompetensi di sekolah gue. Buat yang belum tahu Ujian Kompetensi dulu merupakan salah satu syarat kelulusan SMK karena disini diuji seberapa mahir kalian di jurusan yang kalian tekuni di SMK. Ujian Kompetensi biasanya berbentuk praktek meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga yang teori. Dikarenakan praktek biasanya Ujian Kompetensi ini berlangsung lebih dari 1 hari. Gue waktu itu juga sibuk memfikirkan Ujian Kompetensi sekaligus mengurus dokumen Bidikmisi yang membuat fokus gue terpecah. Untuk kisah gue di Ujian Kompetensi, sebenarnya ada cerita yang menarik tapi akan gue bahas di tulisan yang terpisah. Terlepas dari kelelahan itu semua, pada akhirnya gue menyelesaikan keduanya.
SNMPTN
SNMPTN merupakan ujian masuk awal untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tapi itu merupakan waktu gue dahulu, gue gak tahu kalau nantinya akan berubah sesuai kebijakan dari pihak dikti. SNMPTN ini unik dimana kita bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri dengan hanya nilai rapor. Mangkanya dari sekarang jikalau kalian yang masih mengenyam pendidikan SMA, disarankan banget untuk memperbaiki nilai rapor kalian agar mudah untuk lulus SNMPTN. Tentunya mendengar ujian masuknya hanya berdasarkan rapor sangat excited karena gue rada pede dengan nilai rapor gue di SMK yang bisa dibilang bagus. Sombong lagi hehe.

Tapi sejujurnya gue engga terlalu sepede itu. Karena setelah gue pikir-pikir ulang bahwa materi SMK dan SMA itu beda, seperti yang telah gue jelasin di awal. Ditambah lagi ketika kalian membuka website resmi SNMPTN dan membuka daftar program studi dari setiap Perguruan Tinggi Negeri, disana akan terpampang informasi mengenai jurusan apa saja yang dapat dipilih di program studi tersebut. Spoiler buat yang belum tahu, SMK itu sangat terbatas dalam pemilihan program studi. Hanya jurusan yang relevan sama program studi tersebut yang dapat kalian pilih di SNMPTN. Jurusan yang relevan itu apa sih ?. Kalian harus tahu di SMK itu juga ada yang namanya penjurusan seperti SMA. Di SMK penjurusannya itu lebih banyak dibanding SMA yang kemungkinan cuman IPA, IPS dan ada yang beberapa memiliki jurusan Bahasa. Misalkan kamu adalah anak SMK dengan Jurusan Teknik Mesin , berarti di SNMPTN kamu harus memilih program studi Teknik Mesin maupun yang relevan contohnya mungkin Teknik Otomotif. Setau gue bisa sih milih program studi tersebut asalkan program tersebut ada embel-embel Jurusan yang relevan, tetapi peluang untuk kalian masuk di jurusan yang tidak relevan itu bisa dibilang Nihil.

Sistem tersebut sangat menekan siswa SMK untuk memilih jurusan yang dia ingini sebenarnya. Karena menurut gue harus adanya kebebasan dalam pemilihan jurusan ketika di Perguruan Tinggi tetapi di SNMPTN dilarang. Gue paham jika ada pembatasan tersebut karena kan ini seleksi rapornya, dia melampirkan rapor yang sangat tidak sesuai dengan kriteria di program studi tersebut jadinya apa yang harus dinilai. Jika dapat memilih apapun itu lebih sangat bagus di sisi lain akan menyulitkan pihak penyeleksiannya. Kemungkinan ini tidak bisa terlaksana karena materi SMK yang tidak sebanding dengan materi SMA menjadikan SMK sering di nomor dua kan untuk hal seperti ini. Fyi (For Your Information) di UI (Universitas Indonesia) sampai saat penulisan ini ditulis semua program studinya gak menerima pelamar SNMPTN dari SMK. Meskipun ada program studi teknik yang harusnya UI membuka jalan untuk jurusan SMK yang relevan tetapi UI tidak mengizinkannya juga. Miris hehe~
Memilih Tanpa Pertimbangan
Pilihan gue saat SNMPTN seinget gue yaitu Teknik Elektro di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan Teknologi Pendidikan di UPI juga. Sebenarnya ada 3 pilihan waktu itu, tetapi gue rada lupa pilihan yang ke-3 nya. Untuk pilihan pertama masih sesuai dengan jurusan gue di SMK yaitu elektro tetapi pilihan sisanya sungguh gue asal seasal-asalnya. Tempat yang gue pilih aja gue asal yaitu UPI. Gue ketika mendaftar gatau apa-apa tentang UPI tapi asal daftar aja karena menurut gue UPI itu bagus aja. Sungguh tidak adanya pertimbangan diterima atau tidaknya, maupun mengecek akreditasi apalagi mengecek alumninya sudah kemana saja. Pilihan yang gue pilih cukup atas dasar intuisi gue saja hehe.

Ini semua terjadi karena gue melihat sistem yang gue telah bahas diatas tadi. Itu membuat gue istilahnya "Masuk ya alhamdulillah, gak masuk ya gapapa" seperti prinsip gue di tulisan sebelumnya yang udah gue jelasin. Akhirnya gue memilih dengan asal dan tidak mengharapkan dengan sungguh kalau akan masuk. Meskipun begitu harapan gue untuk masuk tetap ada ya walaupun rendah. Sebenarnya setelah kalian melihat peta sebaran siswa di program studi itu jurusannya apa saja, kalian bisa menimbang apakah kalian mempunyai peluang untuk masuk. Ditambah lagi dengan Zonasi yang bisa kalian pertimbangkan untuk memilih Perguruan Tinggi yang satu provinsi dengan kalian. Di zaman gue banyak yang diterima kuliah melewati jalur SNMPTN dari kampus UNSIKA (Universitas Singaperbangsa Karawang) teman gue 2 orang atau lebih lolos disitu. UNSIKA karena berada di Jawa Barat akan memprioritaskan siswa seprovinsinya dan tentunya sekolah gue yang berada di provinsi jawa barat meskipun SMK akan diprioritaskan lebih.
Last But Not Least
Sepertinya cerita ini bakalan gue penggal atau berhenti sampai sini terlebih dahulu. Untuk mengetahui apakah gue lulus SNMPTN atau tidak, akan gue lanjutkan ceritanya pada tulisan yang lainnya karena sudah terlihat panjang gue menulis. Agar enak membacanya kita istirahat dulu dan lanjut ke part 3 nya kalau sudah selesai istirahat. Sekian dari gue. Semoga hari kalian menyenangkan. byee~
Lulusan SMK ketika lulus identik sekali dengan cepat dapet kerjanya. Walaupun banyak proses menunggu dan mengirim surat kesana kemari, tak bisa dipungkiri bahwa perekrutan karyawan kontrak di kebanyakan PT itu memilih lulusan SMK. Walau di blog gue kemarin-kemarin memberi tahu bahwa jenjang pendidikan dengan angka pengangguran di Indonesia itu SMK. Masih banyak perekrutan bagi lulusan SMK walaupun lulusan SMK jauh lebih banyak.  Meski begitu banyak juga yang tidak langsung bekerja malah ikut pendaftaran untuk melanjutkan pendidikan lanjutan. Sama seperti gue. Alhamdulillah, gue sekarang sudah menjalani 3 tahun masa pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri untuk mengejar gelar sarjana. Tinggal setahun lagi waktu bagi gue jika tepat waktu untuk lulus dan mendapatkan gelar tersebut. Tak terasa sudah banyak tahun yang terlewati padahal gue masih berasa kalau baru lulus. Memori SMK gue juga masih sedikit gue ingat walaupun banyak hal yang sudah gue terlupa. Disini gue akan menceritakan perjalanan gue untuk masuk di Perguruan Tinggi Negeri.

Photo by bantersnaps on Unsplash

Jauh Sebelum Ujian Masuk
Sebelum masuk dalam perjuangan ujian masuk, gue akan membahas dulu apa tujuan gue berkuliah dan mengapa gue memilih untuk berkuliah dan tidak bekerja terlebih dahulu. Sebenernya jawabannya simple yaitu Umur. Ketika gue lulus SMK gue baru berusia 17 tahun, yang dimana umur tersebut belum mencukupi standar untuk bekerja di Indonesia yang mengharuskan minimal 18 tahun untuk bekerja. Gue udah sadar hal seperti ini dari gue kelas 11 / tingkat 2 SMK. Gue tersadar ketika guru gue menyarankan gue untuk kuliah terlebih dahulu.
Sadar Bahwa Umur Belum Cukup
Suatu hari di kelas 11, guru kimia gue menanyakan tentang planning atau tujuan gue kedepan setelah gue lulus. Gue sebelum mengetahui peraturan yang dimana umur  17 tahun belum boleh untuk bekerja, tentunya gue dengan cepat menjawab untuk langsung bekerja. Kita realistis saja lulusan SMK banyak diminati PT untuk menjadi karyawan kontrak dengan begitu gue bisa mendapatkan uang dan membantu perekonomian orang tua gue. Tetapi beliau (guru kimia gue) sangat menyayangkan gue untuk langsung bekerja dan tidak melanjutkan pendidikan terlebih dahulu. Karena menurut beliau gue cukup cerdas dan bisa melanjuti pendidikan untuk menambah lagi ilmu yang gue dapet. By the way beliau ngomong seperti itu karena melihat gue ranking satu di kelas, Sombong dikit hahaha.

Beliau sangat menyarankan gue untuk melanjutkan kuliah terlebih dahulu dengan menambahkan bahwa fisik gue kurang untuk kerja di PT. Karena fisik gue kurus kecil huhu. Tetapi dengan dua alasan tersebut masih belum menggoyahkan komitmen gue untuk bekerja terlebih dahulu. Hingga pada akhir sesi beliau, beliau menanyakan umur gue pada waktu itu. Tentunya gue jawab dengan jujur masa gue bohong. Setelah itu beliau mengestimasi berapa umur gue ketika gue lulus dan ternyata gue lulus SMK dengan umur 17 tahun. Beliau langsung memberi tahu gue persoalan minimal umur dalam bekerja. Disitu gue sontak terkaget karena gue baru tau akan hal tersebut. Sepulang sekolah gue menanyakan kepada kedua orang tua gue dan memang benar aturan itu memang benar adanya. Dari situ keinginan gue untuk bekerja terlebih dahulu sedikit goyah dan mulai berfikir untuk melanjutkan kuliah dengan rasa galau dalam memilih.
Planning untuk mencoba ujian masuk PTN
Momen kegalauan gue berlanjut sampai kelas selanjutnya kelas 12 / tingkat 3 SMK. Makin galau ketika waktu untuk gue menentukan kemana tujuan gue kuliah atau bekerja, yang harus di beri tahu ke sekolah agar sekolah dapat memberikan fasilitas yang berbeda kepada tujuan masing-masing siswa. Di sekolah gue terdapat 3 tujuan yaitu bekerja, berkuliah dan magang ke Jepang. Awalnya gue tertarik juga untuk magang ke Jepang yang dimana pelajaran bahasa Jepang sudah gue pelajari dari tingkat SMP sampai SMK walaupun hasilnya kurang memuaskan. Tetapi mata gue sudah minus yang mengakibatkan gue harus menggugurkan niat gue untuk magang ke Jepang, karena mereka meminta untuk mata yang tidak minus di salah satu  persyaratannya. Alhasil tinggal 2 pilihan antara berkerja dan berkuliah.

Dengan menimbang-nimbang pilihan tersebut gue berfikiran bahwa gue harus mencoba ujian masuk kuliah dulu untuk menunggu umur gue bekerja. Apalagi gue harus mencoba SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang harus gue coba karena itu sekali seumur hidup. Prinsip gue seperti ini "Kalau masuk, syukur Alhamdulillah. Kalau tidak masuk, ya bekerja". Dengan prinsip tersebut akhirnya gue memutuskan untuk berkuliah dalam tujuan yang gue kirim ke sekolah dan masuklah gue di kelas kuliah yang isinya siswa yang bertujuan untuk berkuliah. Sementara kalau bertujuan bekerja ada kelas kerja yang isinya siswa yang beterjuan untuk bekerja.
Kelas Khusus Bertujuan Kuliah
Di SMK gue, perbandingan antara berkuliah dan bekerja itu 1/3 nya. Kelas kuliah mendapatkan 2 kelas sementara kelas kerja mendapatkan 6 kelas. Dan ada lagi kelas magang ke Jepang yang mendapatkan 1 kelas walaupun isinya sangat sedikit yang bisa dibilang hanya setengah kelas. Ini  tentunya tidak mengherankan karena SMK memang notabane nya memang untuk bekerja. Kelas kuliah sesuai namanya ya kelas khusus dengan tujuan untuk berkuliah. Di kelas tersebut gue diajari bukan hanya cara untuk masuk dan materi-materi ujian yang di ujiankan, tetapi juga pola kehidupan mahasiswa dan banyak hal lain yang gue pelajari. Meskipun begitu, gue yang dari awal hanya tertarik untuk mengikuti ujiannya saja tanpa mau belajar sekalipun membuat gue sangat malas untuk mengikuti kelas khusus ini. Seringkali gue keluar kelas karena gue malas belajar materi yang gue tidak di ajari sebelumnya..

Perbedaan yang sangat mencolok di SMK dan di SMA salah satunya yaitu materinya yang sangat jauh perbandingannya. Materi SMK sangatlah mudah untuk dipahami anak SMA sementara kalau dibalik materi SMA sangat sulit untuk dipahami anak SMK. Gue harus paham materi tersebut dalam waktu 2-3 bulan menuju ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tentunya gak heran dalam kondisi ini banyak teman sekelas gue di kelas kuliah untuk mengambil les di luar sekolah. Gila sih mereka sudah belajar full dari jam 8 pagi sampai jam 3 siang masih ngambil les lagi malemnya memang no life. Adalagi yang membeli les online bisa dibilang Zenius yang gue akuin materinya lengkap dan worth it banget sih walaupun rada mahal. Sementara temen-temen gue les dan ada juga yang beli zenius ataupun itu gue sangat minim banget dalam hal persiapan. Bukannya gue meremehkan dan sombong akan kemampuan gue, tetapi gue gak terlalu memaksa diri untuk berkuliah. Karena gue mengetahui bahwa orang tua dengan ekonomi yang sedang tidak bagus dikarenakan suatu hal. Yang artinya sebenarnya gue tidak cukup mampu untuk lanjut berkuliah karena ekonomi yang tidak memungkinkan. Dari sini gue galau lagi, sepertinya gue salah memilih berkuliah dan seharusnya gue berkerja.
Last But Not Least
Sepertinya cerita ini bakalan gue penggal atau berhenti sampai sini terlebih dahulu. Akan gue lanjutkan ceritanya pada tulisan yang lainnya karena sudah terlihat panjang gue menulis. Agar enak membacanya kita istirahat dulu dan lanjut ke part 2 nya ada disini. Sekian dari gue. Semoga hari kalian menyenangkan. byee~
Senangnya hati ketika diri ini berada di posisi yang pertama. Apalagi kalau untuk mencapainya itu membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Pastinya ada kebangaan tersendiri ketika sudah mencapai prestasi tersebut. Dibalik semua kebahagiaan tersebut pasti ada aja kejelekan yang bisa diorek-orek. Salah satunya ketika kita di tanya mendapatkan peringkat / ranking ke berapa. Tentunya kita pasti menjawab dengan bangga dan jujur bahwa kita mendapatkan posisi pertama. Tetapi rasa bangga itu akan menjadi rasa yang ngga enak, karena seperti terlihat Sombong padahal memang itu kenyataannya.

Photo by Twitter: @jankolario on Unsplash

Ada yang Bertanya, Malah diJudge Sombong
Mungkin ini sering terjadi ketika orang terutama mendapat ranking pertama, ada yang bertanya seperti ini "Semester ini dapet ranking berapa ?". Ketika kita menjawab dengan jujur bahwa mendapat posisi pertama, ada aja yang bakal bilang "Sombong Amat!" dengan gaya-gaya Mandra di Si Doel Anak Sekolahan. Meskipun mungkin mereka hanya bercanda tapi kenapa peringkat pertama itu bisa dibilang sombong. Kalau masih ditanya orang mengenai ranking sih masih dibilang belum sombong. Tapi bagaimana kalau kita yang memberitahu ke orang-orang kalau kita ranking pertama. Haha ini baru bisa dibilang sombong meskipun memang kenyataannya benar tapi ya tapi ah sudahlah mendingan diem saja.
Merendah Untuk Meroket
Jika kita diam saja ketika ditanya ataupun tidak memberitahu ranking kita apalagi merendahkan ranking kita, bakalan ada yang bilang "Merendah untuk Meroket". Tingkatan merendah untuk meroket ini kira-kira hampir sama lah dengan sombong, bahkan ini lebih parah sih sampe bohong-bohong merendahkan rankingnya yang tujuannya untuk meroketnya namanya. Tak patut tak patut.
Stay Cool You're The First
Gara-gara semua ini, memang paling benar yang dilakukan adalah Stay Cool and Keep Calm. Jika ditanya jawab saja jujur karena memang risiko peringkat pertama memang seperti itu. Banyak yang iri hehe. Tetap rendah hati karena mempertahankan sesuatu itu gak mudah, Contohnya Hubungan dia sama kamu haha. Mengejar menjadi ranking pertama itu gampang yang susah nantinya mempertahnkannya.
Last But Not Least
Terakhir pesan dari gue, Bantu temen-temen yang kesusahan apalagi kalau kamu bisa membantunya, karena gak ada salahnya kamu membantu temanmu ketika dia susah. Jika dia malah menjadi yang pertama di kemudian hari harusnya kamu bangga karena temanmu bisa seperti itu gara-gara bantuanmu. Dan juga yang terakhir tetaplah rendah hati kesemua orang. Sekian dari gue. Semoga hari kalian menyenangkan. byee~
Ketika seseorang memutuskan bahwa dia tidak akan melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi atau ke perguruan tinggi, Akhirnya memilih untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu. Seringkali gue temuin dia beralasan bahwa "Kuliah itu gak penting! Orang yang sarjana / kuliah banyak yang menganggur. Gue gamau kayak gitu". Pernyataan alasan tersebut sering di anggap benar oleh masyarakat. Memang secara realita yang ada, memang para sarjana sering sulit mencari pekerjaan. Lantas apakah benar ini menjadi pembelaan mereka?
Freshgraduate Yang Diminta Pengalaman Pekerjaan Belasan Tahun
Sistem Perekrutan di dunia kerja yang terkadang sangat membingungi para pencari kerja. Sistem perekrutan tersebut membuka perekrutan dengan maksimal umur yang sebenernya itu adalah umur dari para sarjana baru / Freshgraduate. Dengan seperti itu juga perekrut sudah diminta pengalaman yang cukup banyak biasanya minimal 1 tahun dibidang tersebut. Ini sangat gak masuk akal, karena Freshgraduate ini kan baru memulai karirnya dibidang tersebut. Bagaimana bisa mendapatkan pengalaman ketika semua perekrutan melakukan cara yang sama seperti itu. Bahkan ada meme-nya kayak begini nih

Sumber dari Tumblr

Realita tersebut gak hanya terjadi di Indonesia, bahkan kemungkinan di seluruh negara di dunia merasakan hal yang sama. Membutuhkan pekerjaan untuk pengalaman tetapi harus membutuhkan pengalaman untuk pekerjaan.
Sarjana Bukan Tingkat Pendidikan dengan Angka Pengangguran Tertinggi
Sarjana yang sering dibilang banyak penganggurannya, ternyata bukan merupakan tingkat pendidikan dengan angka pengangguran tertinggi di indonesia. Dilansir dari cnbc Indonesia bahwa tingkat pendidikan dengan angka pengangguran tertinggi di indonesia merupakan SMK. Apakah itu benar? Portal berita tersebut mengutip data dari BPS (Badan Pusat Statistik). BPS mengeluarkan BRS (Berita Resmi Statistik) tentang TPT (Tingkat Pendidikan Terbuka). Disana dipaparkan bahwa, Memang SMK merupakan tingkat pendidikan dengan angka pengangguran tertinggi di Indonesia sebanyak 8,49%. Sementara Universitas / Sarjana hanya menyumbang 5,73%, bahkan ini lebih kecil dibandingkan SMA sebanyak 6,77% dan diploma dengan 6,76%. Info lebih lengkapnya ada disini.

Sumber dari Badan Pusat Statistik

Walaupun data ini merupakan data yang sudah ada 5 bulan yang lalu sebelum pandemi menyerang Indonesia. Tetapi data ini cukup mempresentasikan tingkat pengangguran di indonesia bahkan sebelum pandemi. Berkat ini juga kita harus merubah pandangan kita bahwa sarjana yang menganggur itu banyak. Tetapi masih ada yang lebih banyak menganggur yang belum sarjana. Contohnya gue haha.
Alasan Menganggur
Begitu banyak alasan bagaimana banyak sarjana yang menganggur. Terutama pekerjaan yang tidak sesuai passion, baru bekerja mengharapkan gaji besar dan ingin dipandang dengan tinggi padahal baru memulai karir. Mungkin alasan yang paling banyak adalah ingin mengharapkan gaji besar, secara dia lulusan perguruan tinggi yang Biaya Pendidikannya Tidak MURAH. Menjadikannya alasan dia menolak pekerjaan dengan gaji yang standar-standar saja. Menurut gue ini sangatlah tidak etis, Seharusnya ketika memulai karir kita harus mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya terlebih dahulu. Meskipun ada yang bilang pengalaman banyak itu ga penting. Tetapi kenyataannya, pengalaman itu penting entah lu bekerja dimana pasti itu bakalan diminta ketika lu melamar kerja di tempat kerja lainnya.
Last But Not Least
Jangan jadikan banyak alasan untuk berhenti bekerja dan juga berhenti belajar. Karena pada dasarnya kita memang harus selalu bekerja dan belajar. Sekian dari gue. Semoga Hari kalian menyenangkan. byee~
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT AUTHOR

Follow us

Categories

Anime Film Game Ilmu Komputer Kehidupan Kuliah Tv Series

Advertisement

About Me

Pemuda biasa

Popular Posts

  • Apa itu Use Case Diagram ?
    Pengertian Use case adalah daftar tindakan atau langkah-langkah peristiwa yang biasanya mendefinisikan interaksi antara peran aktor dan sist...

Advertisement

Copyright © 2016 Big Boss. Created by OddThemes