Lulusan SMK Bisa Kuliah di PTN (Part 1)

Lulusan SMK ketika lulus identik sekali dengan cepat dapet kerjanya. Walaupun banyak proses menunggu dan mengirim surat kesana kemari, tak bisa dipungkiri bahwa perekrutan karyawan kontrak di kebanyakan PT itu memilih lulusan SMK. Walau di blog gue kemarin-kemarin memberi tahu bahwa jenjang pendidikan dengan angka pengangguran di Indonesia itu SMK. Masih banyak perekrutan bagi lulusan SMK walaupun lulusan SMK jauh lebih banyak.  Meski begitu banyak juga yang tidak langsung bekerja malah ikut pendaftaran untuk melanjutkan pendidikan lanjutan. Sama seperti gue. Alhamdulillah, gue sekarang sudah menjalani 3 tahun masa pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri untuk mengejar gelar sarjana. Tinggal setahun lagi waktu bagi gue jika tepat waktu untuk lulus dan mendapatkan gelar tersebut. Tak terasa sudah banyak tahun yang terlewati padahal gue masih berasa kalau baru lulus. Memori SMK gue juga masih sedikit gue ingat walaupun banyak hal yang sudah gue terlupa. Disini gue akan menceritakan perjalanan gue untuk masuk di Perguruan Tinggi Negeri.

Photo by bantersnaps on Unsplash

Jauh Sebelum Ujian Masuk
Sebelum masuk dalam perjuangan ujian masuk, gue akan membahas dulu apa tujuan gue berkuliah dan mengapa gue memilih untuk berkuliah dan tidak bekerja terlebih dahulu. Sebenernya jawabannya simple yaitu Umur. Ketika gue lulus SMK gue baru berusia 17 tahun, yang dimana umur tersebut belum mencukupi standar untuk bekerja di Indonesia yang mengharuskan minimal 18 tahun untuk bekerja. Gue udah sadar hal seperti ini dari gue kelas 11 / tingkat 2 SMK. Gue tersadar ketika guru gue menyarankan gue untuk kuliah terlebih dahulu.
Sadar Bahwa Umur Belum Cukup
Suatu hari di kelas 11, guru kimia gue menanyakan tentang planning atau tujuan gue kedepan setelah gue lulus. Gue sebelum mengetahui peraturan yang dimana umur  17 tahun belum boleh untuk bekerja, tentunya gue dengan cepat menjawab untuk langsung bekerja. Kita realistis saja lulusan SMK banyak diminati PT untuk menjadi karyawan kontrak dengan begitu gue bisa mendapatkan uang dan membantu perekonomian orang tua gue. Tetapi beliau (guru kimia gue) sangat menyayangkan gue untuk langsung bekerja dan tidak melanjutkan pendidikan terlebih dahulu. Karena menurut beliau gue cukup cerdas dan bisa melanjuti pendidikan untuk menambah lagi ilmu yang gue dapet. By the way beliau ngomong seperti itu karena melihat gue ranking satu di kelas, Sombong dikit hahaha.

Beliau sangat menyarankan gue untuk melanjutkan kuliah terlebih dahulu dengan menambahkan bahwa fisik gue kurang untuk kerja di PT. Karena fisik gue kurus kecil huhu. Tetapi dengan dua alasan tersebut masih belum menggoyahkan komitmen gue untuk bekerja terlebih dahulu. Hingga pada akhir sesi beliau, beliau menanyakan umur gue pada waktu itu. Tentunya gue jawab dengan jujur masa gue bohong. Setelah itu beliau mengestimasi berapa umur gue ketika gue lulus dan ternyata gue lulus SMK dengan umur 17 tahun. Beliau langsung memberi tahu gue persoalan minimal umur dalam bekerja. Disitu gue sontak terkaget karena gue baru tau akan hal tersebut. Sepulang sekolah gue menanyakan kepada kedua orang tua gue dan memang benar aturan itu memang benar adanya. Dari situ keinginan gue untuk bekerja terlebih dahulu sedikit goyah dan mulai berfikir untuk melanjutkan kuliah dengan rasa galau dalam memilih.
Planning untuk mencoba ujian masuk PTN
Momen kegalauan gue berlanjut sampai kelas selanjutnya kelas 12 / tingkat 3 SMK. Makin galau ketika waktu untuk gue menentukan kemana tujuan gue kuliah atau bekerja, yang harus di beri tahu ke sekolah agar sekolah dapat memberikan fasilitas yang berbeda kepada tujuan masing-masing siswa. Di sekolah gue terdapat 3 tujuan yaitu bekerja, berkuliah dan magang ke Jepang. Awalnya gue tertarik juga untuk magang ke Jepang yang dimana pelajaran bahasa Jepang sudah gue pelajari dari tingkat SMP sampai SMK walaupun hasilnya kurang memuaskan. Tetapi mata gue sudah minus yang mengakibatkan gue harus menggugurkan niat gue untuk magang ke Jepang, karena mereka meminta untuk mata yang tidak minus di salah satu  persyaratannya. Alhasil tinggal 2 pilihan antara berkerja dan berkuliah.

Dengan menimbang-nimbang pilihan tersebut gue berfikiran bahwa gue harus mencoba ujian masuk kuliah dulu untuk menunggu umur gue bekerja. Apalagi gue harus mencoba SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang harus gue coba karena itu sekali seumur hidup. Prinsip gue seperti ini "Kalau masuk, syukur Alhamdulillah. Kalau tidak masuk, ya bekerja". Dengan prinsip tersebut akhirnya gue memutuskan untuk berkuliah dalam tujuan yang gue kirim ke sekolah dan masuklah gue di kelas kuliah yang isinya siswa yang bertujuan untuk berkuliah. Sementara kalau bertujuan bekerja ada kelas kerja yang isinya siswa yang beterjuan untuk bekerja.
Kelas Khusus Bertujuan Kuliah
Di SMK gue, perbandingan antara berkuliah dan bekerja itu 1/3 nya. Kelas kuliah mendapatkan 2 kelas sementara kelas kerja mendapatkan 6 kelas. Dan ada lagi kelas magang ke Jepang yang mendapatkan 1 kelas walaupun isinya sangat sedikit yang bisa dibilang hanya setengah kelas. Ini  tentunya tidak mengherankan karena SMK memang notabane nya memang untuk bekerja. Kelas kuliah sesuai namanya ya kelas khusus dengan tujuan untuk berkuliah. Di kelas tersebut gue diajari bukan hanya cara untuk masuk dan materi-materi ujian yang di ujiankan, tetapi juga pola kehidupan mahasiswa dan banyak hal lain yang gue pelajari. Meskipun begitu, gue yang dari awal hanya tertarik untuk mengikuti ujiannya saja tanpa mau belajar sekalipun membuat gue sangat malas untuk mengikuti kelas khusus ini. Seringkali gue keluar kelas karena gue malas belajar materi yang gue tidak di ajari sebelumnya..

Perbedaan yang sangat mencolok di SMK dan di SMA salah satunya yaitu materinya yang sangat jauh perbandingannya. Materi SMK sangatlah mudah untuk dipahami anak SMA sementara kalau dibalik materi SMA sangat sulit untuk dipahami anak SMK. Gue harus paham materi tersebut dalam waktu 2-3 bulan menuju ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tentunya gak heran dalam kondisi ini banyak teman sekelas gue di kelas kuliah untuk mengambil les di luar sekolah. Gila sih mereka sudah belajar full dari jam 8 pagi sampai jam 3 siang masih ngambil les lagi malemnya memang no life. Adalagi yang membeli les online bisa dibilang Zenius yang gue akuin materinya lengkap dan worth it banget sih walaupun rada mahal. Sementara temen-temen gue les dan ada juga yang beli zenius ataupun itu gue sangat minim banget dalam hal persiapan. Bukannya gue meremehkan dan sombong akan kemampuan gue, tetapi gue gak terlalu memaksa diri untuk berkuliah. Karena gue mengetahui bahwa orang tua dengan ekonomi yang sedang tidak bagus dikarenakan suatu hal. Yang artinya sebenarnya gue tidak cukup mampu untuk lanjut berkuliah karena ekonomi yang tidak memungkinkan. Dari sini gue galau lagi, sepertinya gue salah memilih berkuliah dan seharusnya gue berkerja.
Last But Not Least
Sepertinya cerita ini bakalan gue penggal atau berhenti sampai sini terlebih dahulu. Akan gue lanjutkan ceritanya pada tulisan yang lainnya karena sudah terlihat panjang gue menulis. Agar enak membacanya kita istirahat dulu dan lanjut ke part 2 nya ada disini. Sekian dari gue. Semoga hari kalian menyenangkan. byee~

Share:

0 Post a Comment